MEMBAYANGKAN PADANG MAHSYAR

MEMBAYANGKAN PADANG MAHSYAR

Setiap muslim seyogyanya memiliki kepedulian dan kesadaran nyata tentang hari kematian, kiamat dan yaumul hisab, karena peristiwa2 ini adalah kenyataan yg pasti dihadapi umat manusia. Kepedulian dan kesadaran akan memperkuat keyakinan dan keimanan kita. Dulu, saya sering membayangkan seperti apa kematian itu, dan hasil kontemplasi membawa saya pada kesimpulan, kematian adlah proses peralihan kehidupan yg sungguh berat. Setiap bayi yg baru lahir secara alamiah umumnya menderita, karena mereka (kita) harus melewati lubang yg amat sempit (maaf). Para bayi menangis keras, sekalipun keluarga justru tertawa ceria menyambut kehadirannya.

Teknologi kedokteran saat ini melalui metode cecar membuat proses kelahiran secara kasat mata mungkin ‘mengurangi penderitaan’ si bayi. Begitu pula dgn kematian. Kita lahir dengan cara berbeda, tingkat kesulitan berbeda, maka proses kematian yg kita alami juga memiliki variasi perbedaan yg lebih kompleks. Satu hal yg jelas, tidak benar iklan2 di koran yg mengabarkan misalnya, “telah meninggal dunia dengan tenang..bla bla..”. Mungkin si almarhum terlihat tidur, mungkin si almarhum mati ketika tidak sadar, bahkan wajahnya menyiratkan ‘ketenangan’, namun harus diingat bahwa pada saat mati, penderitaan itu lebih dirasakan ruh ketimbang jasad. Wallahu a’lam.




Dalam catatan terdahulu sy pernah menceritakan bahwa suatu hari saya pernah bermimpi mengalami mati. Dalam mimpi kejadiannya tiba2, jadi seolah2 ada yg direnggut dari tubuh saya mulai dari ujung kaki terus naik ke bagian tubuh atas, ketika telah hampir menuju ke tenggorakan barulah saya sadar sedang menemui ajal, sempat membaca bacaan2, dan puncak dr proses mati dalam mimpi tersebut, saya mengandaikan seperti tanaman singkong yg dicabut dr tanah. Wallahu A’lam.

Setelah kehidupan dunia ini berakhir, maka manusia mengalami peralihan alam yg berbeda dgn alam dunia dan alam barzah, termasuk perbedaan dari segi wujud dan lama waktunya. Alam kandungan bagi sebagian besar manusia merupakan alam paling singkat yg pernah dilalui (sekalipun ada juga manusia yg memiliki kehidupan alam dunia lebih singkat daripada alam kandungan). Setelah alam kandungan dan alam dunia, manusiawi harus melewati alam barzah yg lebih lama waktunya, walaupun bagi org2 yg beruntung rasanya berlangsung sebentar saja. Ketika memasuki alam kebangkitan di yaumul hisab, waktu yg harus kita lalui lebih lama lagi. Jangan bayangkan peristiwanya seperti pengadilan dunia yg biasanya tak sampai satu tahun. Di padang mahsyar durasi waktunya begitu panjang dan jangankan org2 yg kehidupan dunianya buruk, bagi org2 baik peristiwa padang mahsyar adlah kejadian yg berat untuk dilalui.

Kita tahu jumlah umat manusia dan bangsa jin jumlahnya mungkin miliaran (berapa pastinya hanya Allah yg Tahu), sejak zaman nabi Adam sampai umat manusia generasi terakhir. Berkumpul dalam satu tempat dalam kebingungan, hiruk pikuk dan tak tahu kemana kita akan pergi sementara matahari didekatkan yg memaksa manusia butuh tempat berteduh.

Pada hari itu, bukan orang tua yg kita butuhkan bantuannya, bukan pula anak dan sanak saudara. Setiap kita hanya memikirkan kepentingan dan urusan kita sendiri. Pada saat itulah kita panik dan sibuk mencari guru2 agama kita, pada mereka yg sewaktu didunia kita akui dan kita percayai akan mampu membimbing kita ke tempat dimana Nabi Muhammad SAW berada. Hanya Nabi Muhammad satu2nya manusia yg dikaruniai Allah syafaat di yaumul hisab, yg akan memberikan tempat keteduhan sementara sbelum tiba saatnya datang panggilan untuk dihisab.

Umat manusia masa itu seperti anak yg kehilangan induknya, pergi kesana kemari tak tentu arah. Akhirnya setelah sekian lama dlm pencarian (berapa lama, entahlah mungkin ribuan tahun di dunia, anda bisa bayangkan mencari seseorang ditengah kerumunan miliaran manusia, jauh lebih lama daripada waktu yg diperlukan Nabi Adam dan Siti Hawa untuk bisa berjumpa sewaktu diturunkan ke bumi), insya Allah kita akan menjumpai guru2 agama kita, tapi jangan salah guru2 agama yg notabene didunia terkenal sebagai kiyai dan ulama di padang mahsyar tak terlepas dari nuansa kebingungan. Padang Mahsyar adalah tempat yg benar2 asing.

Lalu dgn berbondong2 kita mengikuti kemana langkah guru terdekat kita kemanapun ia pergi. Para guru2 agama ini pergi mencari guru2 mereka ditengah suasana sesak manusia. Harus diingat bahwa untuk dapat bergabung dgn guru2 agama kita, kita butuh ridho dan penerimaannya. Banyak guru yg menolak menerima murid2 mereka di padang mahsyar. Mengapa? karena murid2 ini selama belajar dan setelahnya menimbulkan kesan buruk bagi gurunya. Oleh karena itu, saya sering memberikan nasehat pada siswa2 saja, “setidaknya ada tiga jenis manusia yg kalian butuhkan ridhonya, pertama Rosulullah SAW, kedua orang tua dan ketiga guru2 agama”.

Pada hari itu, setiap murid mencari gurunya, setiap jamaah mencari imamnya. Kita sebagai umat Nabi Muhammad masih jauh lebih beruntung daripada umat Nabi dan Rosul lain, yg hilir mudik kesana kemari tanpa solusi. Pada masa2 di Padang Mahsyar inilah nasib manusia bermacam2, banyak murid2 yg mengikuti langkah gurunya yg sudah benar mengarahkan jalan menuju posisi Rosulullah, namun tidak sedikit murid2 yg terlanjur mengikuti guru2 mereka yg sesat dan akhirnya menyesatkan. Karenanya, mumpung masih hidup di dunia, marilah selektif dalam memilih guru dan aliran kepercayaan keislaman.

Secara sederhana, era Padang Mahsyar memiliki beberapa tahapan. Tahap pertama adalah tahap klasifikasi atau pengelompokkan. Setelah bangkit dari alam kubur kita dalam kondisi tercerai-berai dan sebelum memasuki tahap hisab manusia saling menyatukan diri dengan kelompok masing2 dalam jumlah yg banyak. Setelah itu kelompok manusia kafir dan tidak memiliki secuil pun keimanan dgn cepat digiring menuju tempat mereka masing2 di neraka. Adanya iman adalah prasyarat hisab, tanpa adanya iman apanya yg mau dihitung, karena seberapa banyak pun kebajikan yg pernah diperbuat tanpa memiliki keimanan sama sekali tak berarti di akhirat.

Setelah bersama guru2 agama, kita berhasil menjumpai posisi Rosulullah di padang mahsyar, bukan berarti solusi sudah didapatkan. Kita memerlukan ridho Rosulullah agar diperkenankan masuk ke area syafaat. Ada kelompok2 manusia muslim yg ditolak masuk ke area itu, karena perilaku fasik dan kurangnya kecintaan pada Nabi dan agama yg dibawa beliau. Bila kita ingin memperoleh ridho Rosulullah tak ada cara lain selain rajin menjalankan perkara2 yg wajib, meninggalkan perkara2 yg haram, dan rajin pula mengerjakan ibadah sunnah2 yg disukai Rosulullah.

Setelah proses klasifikasi selesai, barulah tahap berikutnya dimulai, yaitu masa hisab. Tidak seluruh umat islam akan dihisab, ada kelompok muslim yg dipimpin Rosulullah menuju surga melewati titian shiratal mustaqim tanpa dihisab sebelumnya, karena memang tak memiliki dosa, atau seluruh dosa yg pernah diperbuat telah diampuni oleh Allah. Dalam sebuah hadits diceritakan umat Islam adalah umat terbesar jumlahnya, umat lain yg lebih sedikit adalah umat Nabi Musa dan jumlah umat Nabi dan Rosul lain jauh lebih sedikit, bahkan ada Nabi yg tanpa pengikut. Ada 70 ribu umat Islam di antara miliaran muslim lainnya yg masuk surga tanpa hisab (apakah kita salah satunya???). Silahkan baca secara detail hadits tentang siapakah kelompok manusia yg demikian beruntung ini.

Setelah kelompok manusia diputuskan tanpa hisab (bi ghairi hisab) seluruhnya telah masuk surga, lalu setiap umat Islam satu persatu dipanggil berlutut menghadap Allah. Inilah pengadilan yg paling hakiki, dimana setiap kebenaran terungkap, setiap hal selama ini yg dirahasiakan manusia akan tersingkap, tak akan ada yg mampu berbohong.  Takkan ada manusia yg sanggup merekayasa dan memanipulasi proses pengadilan di akhirat. Proses hisab setiap manusia terasa amat lama bagi kita. Bayangkan saja, setiap detik bahkan sekian mili detik dari kehidupan kita di dunia akan dihisab dan dimintai tanggungjawabnya. Ketika seorang manusia dipanggil menghadap Tuhan, maka dibentangkanlah kitab catatan amal selama hidup di dunia, “Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri waktu ini sebagai penghisab terhadapmu.” (terjemah Q.S. Al-Isra’ :13-14). Bukankah Allah Maha Adil dan Maha Bijaksana karena memberikan kesempatan kita sendiri mengecek setiap amal perbuatan kita?

Waktu itu ada manusia2 yg mencoba mengingkari atau mencari alasan atas setiap kesalahan yg di lakukan, tapi kebenaran dan keadilan adalah milik Allah. Lalu, setiap bukti dan saksi seluruhnya ditampilkan. Akhirnya mulut mereka dikunci tak bisa berkata2, lalu tubuh jadi saksi, hati dan pikiran jadi saksi, manusia2 lain jadi saksi, alam semesta yg selama ini kita tinggali jadi saksi. Saat itu ada manusia yg bergembira, wajahnya ceria dan bercahaya karena Allah ridho terhadapnya, dan tidak sedikit yg meneriaki diri sendiri, “sial aku, celakalah aku”, penuh penyesalan, tentu penyesalan yg terlambat dan sia-sia. Sampai2 kelompok manusia ini berkata mungkin lebih baik jika tidak diberikan kitab mengingat betapa buruk kitab yg ia terima, bahkan mereka berujar alangkah lebih baiknya jika tak ada akhirat dan kehidupan selesai setelah kematian.

Selain kelompok manusia tanpa dihisab (bi ghairi hisab), kelompok berikutnya adalah ashabul yamin (penerima kitab catatan amal shalih di tangan kanan), lalu ashabus syimal (penerima kitab pada tangan kiri) dan terakhir ashabul a’raf (kelompok manusia yg keburukan dan kebaikannya berimbang, ini kelompok yg selamat dari neraka tapi terhambat untuk bisa segera masuk syurga).

Masa yaumul hisab adalah saat2 yg penuh dgn sesuatu diluar perkiraan kita dan manusia lainnya. Ada org2 yg miskin amal baik tiba2 menjadi kaya karena limpahan pahala dari org lain, dan ada juga org2 yg kita kenal alim, banyak beribadah, singkatnya banyak memiliki pahala tiba2 bangkrut saat menjalani hisab. Bahkan tidak hanya bangkrut, org2 tersebut juga mendapat limpahan dosa, atas suatu kesalahan yg mungkin selama di dunia tidak terpikirkan olehnya. Tidak ada urusan yg lebih membuat manusia pusing, risau, gelisah, panik dan takut luar biasa selain waktu mengikuti proses hisab di akhirat. Mengapa? karena setiap muslim waktu itu menyadari sepenuhnya resiko bila diputuskan bersalah dan harus menjalani siksaan neraka yg tidak pernah terbayangkan alam pikiran manusia penderitaannya. Wallahu A’lam.

Barangkali kita terpikir, “klo begitu lama sekali ya prosesnya..”. Benar, lama dirasakan oleh manusia yg sedang disidang, dan lama pula dirasakan manusia lain yg menanti giliran dipanggil dalam pengadilan akhirat. Sekali lagi, waktunya lebih lama dari masa kita di alam kandungan, alam dunia dan alam barzah. Wallahu A’lam.

Dalam sebuah hadits dikabarkan, amal shalat menjadi amal yg pertama kali dihisab. Sebab shalat adalah simbol keimanan pada Tuhan yg amat mendasar. Barulah amal perbuatan lain. Setelah seorang muslim selesai mengikuti proses hisab, maka tibalah putusan dari Allah, apakah kita termasuk org2 yg beruntung lolos dari hukuman neraka, atau harus lebih dulu merasakan siksa sebagai konsekuensi kesalahan yg telah kita perbuat, betapapun kecil jumlahnya. Begitulah satu persatu manusia dipanggil menghadap Tuhan, dan kita tak tau bagaimana nasib kita saat itu. Karenanya, tak ada jalan lain selain mempersiapkan diri sebaik mungkin menghadapi masa yaumul hisab. Pesan Rosulullah, “tak ada bekal yg lebih baik menghadapi masa di akhirat selain taqwa”.


Baca Selengkapnya →

Download Moto GP URT 3

Download Moto GP URT 3

System Requirement MotoGP 3 :

OS: Win98 / ME / Windows 2000 / XP / 7
CPU: 1,6 Ghz Processor
RAM: 256 Mb Ram
HDD: 1 GB free space
Graphics: DirectX compatible graphics
DirectX: Version 9.0c
VGA : 64 MB or 128 MB Onboard


Cara Install Game MotoGP 3

  1. Ekstrak File Hasil Download - Didalamnya ada folder 'Crack' dan 'MOTOGPURT3.iso'
  2. Ekstrak 'MOTOGPURT3.iso' (Bisa menggunakan WinRAR atau yang lain)
  3. Jalankan 'Setup.exe' - Pilih Bahasa - Install Seperti Biasa
  4. Jika muncul "ERROR" (....leeme.txt' does not exist) - pilih IGNORE
  5. Copy 'motogp.exe' dari folder 'Crack Fix'
  6. Gunakan crack yang saya upload terpisah dibawah
  7. Paste di Folder Instalasi MotoGP 3 anda
  8. Ex : C:\Program Files\THQ\MotoGP URT 3
  9. Launcher : Untuk mengatur / setting / configure game
  10. Game siap dimainkan (tidak langsung menjadi versi terbarunya)    


Baca Selengkapnya →

Mengkaji Ulang Gambar-gambar Yang Dianggap sebagai Bukti Kebesaran Allah

Melalui media internet (atau terkadang juga dalam bentuk selebaran cetak, dsb.) tak jarang kita menerima email yang berisi tentang'Bukti-bukti kebesaran Allah atau Islam' atau 'Mukjizat Allah' atau sekedar link ke sebuah situs/blog yang memuat berita atau penjelasan tentang apa yang dianggap atau diklaim sebagai 'ayat-ayat (mukjizat) Allah yang nyata'. Biasanya, yang dapat dilihat dalam berita semacam itu adalah sesuatu yang terlihat mengejutkan: berupa gambar atau kejadian alam yang 'aneh' atau tidak biasa. Misalnya, adanya tulisan atau lafal Allah atau Muhammad atau kalimat / kata yang berhubungan dengan Islam pada benda-benda atau makhluk-makhluk di alam. Contohnya di bawah ini.
Tetapi sebelum itu, coba kita renungkan:
  1. Pernahkah kita mempertanyakan ke-shahihan atau kebenaran dari gambar-gambar semacam itu? Jangan-jangan cuma lukisan tuangan kreatifitas sang pelukisnya (kasus gambar pohon yang membentuk lafal laa ilaaha illallaah) atau manipulasi gambar?
  2. Ada juga foto-foto atau gambar yang asli. Namun, seberapa tepatkah penafsirannya? Kadang faktanya tidak sesuai dengan penafsiran.
    Bagaimana jika ada bentukan-bentukan di alam (yang kalau kita bayangkan dengan sedikit imajinasi) ternyata berbentuk salib atau wajah Yesus atau Bintang David atau lambang keagamaan atau sekte2 kepercayaan lain???
    Lihat >> 
    contoh1 :: contoh2 :: contoh3
    Mereka kemudian juga bisa meng-klaim: inilah bukti kebenaran agama kami.
Beberapa kasus gambar-gambar yang memerlukan keberhati-hatian dalam menyikapinya:

    Gambar Bukit                                Gambar Aurora                             Gambar Langit
   Wajah manusia                                 Lafal Allah                                 Mawar Merah   Alam.jpeg                               aurora.jpg                    mawar.jpg

Keajaiban Ilmiah Al Qur'an
Sesungguhnya berbagai bukti ilmiah, benar-benar hasil penemuan ilmu dan teknologi manusia mutakhir, telah menunjukkan kebenaran dari ayat-ayat qauliyah atau wahyu Allah dalam Al Qur'an. Beberapa contohnya dapat dilihat melalui tautan berikut ini (diterjemahkan dari buku Petunjuk Ringkas Bergambar untuk Memahami Islam):

Asal.jpeg        Embrio.jpeg         gelap.jpeg

       Asal Mula Alam Semesta         Perkembangan Embrio Manusia   Kegelapan Dilaut dalam

Batas.jpeg Gunung.jpeg Awan.jpeg
       Batas dua lautan                            Gunung Sebagai Pasak               Pembentukan Awan Hujan


Baca Selengkapnya →

Ciri-ciri Pengikut Dajjal

                      Ciri-ciri Pengikut Dajjal

 Dajjal

Ciri-ciri Dajjal / Pengikut Dajjal:

1. Gemar Berdusta / Fitnah memutar balikkan Fakta sehingga Api terlihat sbg Air dan Neraka seperti Surga
2. Gemar Namimah / Adu Domba
3. ‘Ashobiyyah yang berlebihan terhadap kelompoknya sehingga menghina Muslim lainnya yang tak sepaham dgn mereka. Bahkan Ulama Al Azhar pun mereka serang dan kafirkan
4. Mengaku paling Suci, paling benar, paling bersih, paling Islam dsb. Ini adalah Sifat Iblis
5. Mengkafirkan Muslim yang bersyahadah dan sholat yang meyakini 6 rukun Iman, menjalankan 5 Rukun Islam, dan Ihsan
6. Membunuh Muslim yg mereka kafirkan lebih dulu
7. Bersekutu dgn kaum Zionis Yahudi dan Nasrani (AS, NATO, dan Israel) membantai ummat Islam
8. Muncul Aliran Islam “Takfiri” / Khawarij di Akhir Zaman. Tidak mengikuti Imam Mazhab / Salaf
Dalilnya:

1. Berbohong/Dusta bukan sifat Muslim:

Allah mengutuk orang yang banyak berbohong:
“Terkutuklah orang-orang yang banyak berdusta” [QS Adz Dzaariyaat:10]
Siksa yang pedih di neraka disediakan bagi para pendusta:
“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” [Al Baqarah:10]
“Kecelakaan besarlah bagi tiap-tiap orang yang banyak berdusta lagi banyak berdosa” [Al Jaatsiyah:7]
Jika sering berdusta, maka itu akan menyeretnya ke neraka:
“Hendaklah kamu selalu benar. Sesungguhnya kebenaran membawa kepada kebajikan dan kebajikan membawa ke surga. Selama seorang benar dan selalu memilih kebenaran dia tercatat di sisi Allah seorang yang benar (jujur). Hati-hatilah terhadap dusta. Sesungguhnya dusta membawa kepada kejahatan dan kejahatan membawa kepada neraka. Selama seorang dusta dan selalu memilih dusta dia tercatat di sisi Allah sebagai seorang pendusta (pembohong). (HR. Bukhari)
Dusta adalah satu ciri orang Munafik:
Nabi Muhammad SAW: “Tanda-tanda orang munafik ada tiga, yaitu bila berbicara dusta, bila berjanji tidak ditepati, dan bila diamanati dia berkhianat. “(HR. Muslim)
Berdusta bukanlah sifat seorang Mukmin:
“Seorang mukmin mempunyai tabiat atas segala sifat aib kecuali khianat dan dusta. (HR. Al Bazzaar)

2. Gemar Namimah / Adu Domba

“Rasulullah s.a.w. bersabda: “Tidak dapat masuk surga seorang yang gemar mengadu domba.” (Muttafaq ‘alaih)
Allah Ta’ala berfirman: “Jangan pula engkau mematuhi orang yang suka mencela, berjalan membuat adu domba.” (al-Qalam: 11)

3. ‘Ashobiyyah / Fanatisme Golongan

Bukan termasuk umatku siapa saja yang menyeru orang pada ‘ashabiyah (HR Abu Dawud).
Dalam hadits yang lain Nabi mengatakan bahwa orang yang mati dalam keadaan ashobiyah (membela kelompoknya, bukan Islam), maka dia masuk neraka.
Dalam Islam dilarang ashobiyah/fanatisme kelompok dan membangga-banggakan kelompoknya karena Islam itu adalah satu.
“Yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” [Ar Ruum:32]

4. Mengaku paling Suci

“..Janganlah kamu mengatakan dirimu suci..” [An Najm 32]
“Allah berfirman: “Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?.”
Iblis berkata: “Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.”
Allah berfirman: “Maka keluarlah kamu dari surga; sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk.
Sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan.” [Shaad 75-78]

5. Mengkafirkan Muslim yang Bersyahadah dan Sholat

Ucapan salam di medan perang sudah cukup untuk mencegah seseorang untuk tidak dibunuh:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi (berperang) di jalan Allah, maka telitilah dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan “salam” kepadamu (atau mengucapkan Tahlil): “Kamu bukan seorang mukmin” (lalu kamu membunuhnya), dengan maksud mencari harta benda kehidupan di dunia, karena di sisi Allah ada harta yang banyak. Begitu jugalah keadaan kamu dahulu [dulu juga kafir], lalu Allah menganugerahkan nikmat-Nya atas kamu, maka telitilah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. ” [An Nisaa' 94]
Tiga perkara berasal dari iman: (1) Tidak mengkafirkan orang yang mengucapkan “Laailaaha illallah” karena suatu dosa yang dilakukannya atau mengeluarkannya dari Islam karena sesuatu perbuatan; (2) Jihad akan terus berlangsung semenjak Allah mengutusku sampai pada saat yang terakhir dari umat ini memerangi Dajjal tidak dapat dirubah oleh kezaliman seorang zalim atau keadilan seorang yang adil; (3) Beriman kepada takdir-takdir. (HR. Abu Dawud)

Jangan mengkafirkan orang yang shalat karena perbuatan dosanya meskipun (pada kenyataannya) mereka melakukan dosa besar. Shalatlah di belakang tiap imam dan berjihadlah bersama tiap penguasa. (HR. Ath-Thabrani)
Rosululloh saw., bersabda:

من صلّى صلاتنا واستقبل قبلتنا وأكل ذبيحتنا فذلك المسلم

Barang siapa yang sholat sebagaimana kami sholat, menghadap ke kiblat kami dan memakan sembelihan kami maka ia muslim.” (Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Bukhori no. 391. Ibnu Hajar dalam syarahnya mengatakan: “Di dalam hadis ini menunjukkan bahwa masalah manusia itu dianggap yang nampak padanya. Maka barangsiapa yang menampakkan syi’ar-syi’ar agama diberlakukan padanya hukum-hukum yang berlaku pada pemeluk agama tersebut selama ia tidak menampakkan sesuatu yang bertentangan dengan hal tersebut.” (Fathul Bari I/497)
Dari hadits di atas jelas kalau seseorang Sholat, berarti dia Muslim. Karena dalam sholat itu ada Salam dan juga ada Tahlil.
Mungkin ada yang berdalih dengan Hadits Abu Bakar yang memerangi orang yang tidak bayar zakat untuk membunuh orang yang sholat:
Mereka tidak paham konteks hadits tsb. Abu Bakar bertindak selaku Khailfah. Kepala Negara yang memerangi kaum yang tidak mau bayar zakat. Karena memungut dan mengelola zakat itu adalah tugas pemerintah. Tapi kalau bukan Khalifah, misalnya cuma orang biasa, tidak bisa dia seenaknya membunuh orang yang tidak bayar zakat.

6. Membunuh Muslim yg mereka kafirkan lebih dulu

Dari Ibnu Umar ra bahwa Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya orang yang paling durhaka kepada Allah ada tiga: Orang yang membunuh di tanah haram, orang yang membunuh orang yang tidak membunuh, dan orang yang membunuh karena balas dendam jahiliyyah.” Hadits shahih riwayat Ibnu Hibban.
Keliru sekali jika ada golongan Muslim yang mengira mereka berjihad saat memerangi Muslim lainnya yang mereka anggap sesat atau kafir. Bukannya surga yang didapat saat tewas justru nerakalah yang mereka dapat:
Jika terjadi saling membunuh antara dua orang muslim maka yang membunuh dan yang terbunuh keduanya masuk neraka. Para sahabat bertanya, “Itu untuk si pembunuh, lalu bagaimana tentang yang terbunuh?” Nabi Saw menjawab, “Yang terbunuh juga berusaha membunuh kawannya.” (HR. Bukhari)
Jika meninggalkan Jama’ah Islam (bagian terbesar ummat Islam) maka dia sesat. Tapi jika berperang karena fanatisme
Barangsiapa menolak ketaatan (membangkang) dan meninggalkan jama’ah lalu mati maka matinya jahiliyah, dan barangsiapa berperang di bawah panji (bendera) nasionalisme (kebangsaan atau kesukuan) yang menyeru kepada fanatisme atau bersikap marah (emosi) karena mempertahankan fanatisme (golongan) lalu terbunuh maka tewasnya pun jahiliyah. (HR. An-Nasaa’i)
Terharap orang Kafir yang mengaku Muslim pun kita tidak boleh membunuhnya apalagi jika dia memang benar-benar Muslim terlepas menurut kelompok sebagian Muslim/Firqoh dia adalah sesat:
Larangan membunuh orang kafir yang telah mengucapkan: Laa ilaaha illallah
Hadis riwayat Miqdad bin Aswad ra., ia berkata:
Wahai Rasulullah, apa pendapatmu jika aku bertemu dengan seorang kafir, lalu ia menyerangku. Dia penggal salah satu tanganku dengan pedang, hingga terputus. Kemudian ia berlindung dariku pada sebuah pohon, seraya berkata: Aku menyerahkan diri kepada Allah (masuk Islam). Bolehkah aku membunuhnya setelah ia mengucapkan itu? Rasulullah saw. menjawab: Jangan engkau bunuh ia. Aku memprotes: Wahai Rasulullah, tapi ia telah memotong tanganku. Dia mengucapkan itu sesudah memotong tanganku. Bolehkah aku membunuhnya? Rasulullah saw. tetap menjawab: Tidak, engkau tidak boleh membunuhnya. Jika engkau membunuhnya, maka engkau seperti ia sebelum engkau membunuhnya, dan engkau seperti ia sebelum ia mengucapkan kalimat yang ia katakan. (Shahih Muslim No.139)
Diriwayatkan dari Usamah bin Zaid r.a.: Rasulullah SAW. pernah mengirimkan kami dalam suatu pasukan (sariyyah); lalu pada pagi hari kami sampai ke Huruqat di suku Juhainah, di sana saya menjumpai seorang laki-laki, dia berkata, “La ilaha illallah – tiada tuhan selain Allah,” tetapi saya tetap menikamnya (dengan tombak), lalu saya merasakan ada sesuatu yang mengganjal di hati saya. Setelah sampai di Madinah, saya memberitahukan hal tersebut kepada Nabi SAW., lalu beliau bersabda, “Dia mengatakan, ‘La ilaha illallah’, kemudian kamu membunuhnya?” Saya berkata, “Wahai Rasulullah, sungguh dia mengatakannya hanya kerana takut pada senjata.” Beliau bersabda, “Tidakkah kamu belah dadanya, lalu kamu keluarkan hatinya supaya kamu mengetahui, apakah hatinya itu mengucapkan kalimat itu atau tidak?” Demikianlah, beliau berulang-ulang mengucapkan hal itu kepada saya sehingga saya menginginkan seandainya saya masuk Islam pada hari itu saja. Sa’ad berkata, “Demi Allah, saya tidak membunuh seorang Muslim sehingga dibunuhnya oleh Dzul Buthain, maksudnya Usamah.” Lalu ada orang laki-laki berkata, “Bukankah Allah SWT. telah berfirman, Dan perangilah mereka supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah (QS Al-Anfal (8): 39).” Lalu Sa’ad menjawabnya, “Kami sudah memerangi mereka supaya jangan ada fitnah, sedangkan kamu bersama kawan-kawanmu menginginkan berperang supaya ada fitnah.” (1: 67 – 68 – Sahih Muslim)
Dari Usamah bin Zaid ra, katanya: “Rasulullah s.a.w. mengirim kita ke daerah Huraqah dari suku Juhainah, kemudian kita berpagi-pagi menduduki tempat air mereka. Saya dan seorang lagi dari kaum Anshar bertemu dengan seorang lelaki dari golongan mereka -musuh-. Setelah kita dekat padanya, ia lalu mengucapkan: La ilaha illallah. Orang dari sahabat Anshar itu menahan diri daripadanya -tidak menyakiti sama sekali-, sedang saya lalu menusuknya dengan tombakku sehingga saya membunuhnya. Setelah kita datang -di Madinah-, peristiwa itu sampai kepada Nabi s.a.w., kemudian beliau bertanya padaku: “Hai Usamah, adakah engkau membunuhnya setelah ia mengucapkan La ilaha illallah?” Saya berkata: “Ya Rasulullah, sebenarnya orang itu hanya untuk mencari perlindungan diri saja -yakni mengatakan syahadat itu hanya untuk mencari selamat-, sedang hatinya tidak meyakinkan itu.” Beliau s.a.w. bersabda lagi: “Adakah ia engkau bunuh setelah mengucapkan La ilaha illallah?” Ucapan itu senantiasa diulang-ulangi oleh Nabi s.a.w., sehingga saya mengharap-harapkan, bahwa saya belum menjadi Islam sebelum hari itu -yakni bahwa saya mengharapkan menjadi orang Islam itu mulai hari itu saja-, supaya tidak ada dosa dalam diriku.” (Muttafaq ‘alaih) Dalam riwayat lain disebutkan: Lalu Rasulullah s.a.w. bersabda: “Bukankah ia telah mengucapkan La ilaha illallah, mengapa engkau membunuhnya?” Saya menjawab: “Ya Rasulullah, sesungguhnya ia mengucapkan itu semata-mata karena takut senjata.” Beliau s.a.w. bersabda: “Mengapa engkau tidak belah saja hatinya, sehingga engkau dapat mengetahui, apakah mengucapkan itu karena takut senjata ataukah tidak -yakni dengan keikhlasan-.” Beliau s.a.w. mengulang-ulangi ucapannya itu sehingga saya mengharap-harapkan bahwa saya masuk Islam mulai hari itu saja.
Dari Jundub bin Abdullah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. mengirimkan sepasukan dari kaum Muslimin kepada suatu golongan dari kaum musyrikin dan bahwa mereka itu telah bertemu -berhadap-hadapan. Kemudian ada seorang lelaki dari kaum musyrikin menghendaki menuju kepada seorang dari kaum Muslimin lalu ditujulah tempatnya lalu dibunuhnya. Lalu ada seorang dari kaum Muslimin menuju orang itu di waktu lengahnya. Kita semua memperbincangkan bahwa orang itu adalah Usamah bin Zaid. Setelah orang Islam itu mengangkat pedangnya, tiba-tiba orang musyrik tadi mengucapkan: “La ilaha illallah.” Tetapi ia terus dibunuh olehnya. Selanjutnya datanglah seorang pembawa berita gembira kepada Rasulullah s.a.w. -memberitahukan kemenangan-, beliau s.a.w. bertanya kepadanya -perihal jalannya peperangan- dan orang itu memberitahukannya, sehingga akhirnya orang itu memberitahukan pula perihal orang yang membunuh di atas, apa-apa yang dilakukan olehnya. Orang itu dipanggil oleh beliau s.a.w. dan menanyakan padanya, lalu sabdanya: “Mengapa engkau membunuh orang itu?” Orang tadi menjawab: “Ya Rasulullah, orang itu telah banyak menyakiti di kalangan kaum Muslimin dan telah membunuh si Fulan dan si Fulan.” Orang itu menyebutkan nama beberapa orang yang dibunuhnya. Ia melanjutkan: “Saya menyerangnya, tetapi setelah melihat pedang, ia mengucapkan: “La ilaha illallah.” Rasulullah s.a.w. bertanya: “Apakah ia sampai kau bunuh?” Ia menjawab: “Ya.” Kemudian beliau bersabda: “Bagaimana yang hendak kau perbuat dengan La ilaha illallah, jikalau ia telah tiba pada hari kiamat?” Orang itu berkata: “Ya Rasulullah, mohonkanlah pengampunan -kepada Allah- untukku.” Rasulullah s.a.w. bersabda: “Bagaimana yang hendak kau perbuat dengan La ilaha illallah, jikalau ia telah tiba pada hari kiamat?” Beliau s.a.w. tidak menambahkan sabdanya lebih dari kata-kata: “Bagaimanakah yang hendak kau perbuat dengan La ilaha illallah, jikalau ia telah tiba pada hari kiamat?” (Riwayat Muslim)
Bukanlah orang Islam orang-orang yang membunuh sesama Muslim:
Hadis riwayat Abdullah bin Umar ra., ia berkata:
Nabi saw. bersabda: Barang siapa menghunus pedang kepada kami, maka ia bukanlah dari golongan kami. (Shahih Muslim No.143)
Hadis riwayat Abu Musa ra.:
Bahwa Nabi saw. bersabda: Barang siapa menghunus pedang kepada kami, maka ia bukanlah dari golongan kami. (Shahih Muslim No.145)
Terhadap orang yang jelas-jelas munafik seperti Abdullah bin Ubay pun Nabi tidak mau membunuhnya. Apa kata orang jika aku membunuh sesama Muslim? Begitu sabda Nabi.
Jadi jika Muslim saling bunuh, jelas dia tidak mengikuti sunnah Nabi.
Hadis riwayat Jarir ra., ia berkata:
Ketika haji wada, Nabi saw. bersabda kepadaku: Suruhlah orang-orang diam. Setelah orang-orang diam, beliau bersabda: Janganlah sesudah kutinggalkan, kalian kembali menjadi orang-orang kafir, di mana sebagian membunuh sebagian yang lain. (Shahih Muslim No.98)

7. Bersekutu dgn kaum Zionis Yahudi dan Nasrani (AS, NATO, dan Israel) membantai ummat Islam

Orang-orang yang beriman tidak akan mengambil kaum Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. [Al Maa-idah 51]
Hanya orang munafik yang dekat dengan kaum Yahudi dan Nasrani yang saat ini tengah memusuhi Islam dan membantai ummat Islam:
“Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: “Kami takut akan mendapat bencana.” Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka.” [Al Maa-idah 52]

8. Muncul Aliran Islam “Takfiri” / Khawarij di Akhir Zaman. Tidak mengikuti Imam Mazhab / Salaf

Hadis riwayat Ali ra., ia berkata:
Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: Di akhir zaman akan muncul kaum yang muda usia dan lemah akal. Mereka berbicara dengan pembicaraan yang seolah-olah berasal dari manusia yang terbaik. Mereka membaca Alquran, tetapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama, secepat anak panah meluncur dari busur. Apabila kalian bertemu dengan mereka, maka bunuhlah mereka, karena membunuh mereka berpahala di sisi Allah pada hari kiamat. (Shahih Muslim No.1771)
سيخرج في آخر الزمان قوم أحدث الأسنان سفهاء الأحلام
“Akan keluar di akhir zaman suatu kaum yang usia mereka masih muda, dan bodoh, mereka mengatakan sebaik‑baiknya perkataan manusia, membaca Al Qur’an tidak sampai kecuali pada kerongkongan mereka. Mereka keluar dari din (agama Islam) sebagaimana anak panah keluar dan busurnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
“Akan keluar suatu kaum dari umatku, mereka membaca Alquran, bacaan kamu dibandingkan dengan bacaan mereka tidak ada apa-apanya, demikian pula shalat dan puasa kamu dibandingkan dengan shalat dan puasa mereka tidak ada apa-apanya. Mereka membaca Alquran dan mengiranya sebagai pembela mereka, padahal ia adalah hujjah yang menghancurkan alasan mereka. Shalat mereka tidak sampai ke tenggorokan, mereka lepas dari Islam sebagaimana melesatnya anak panah dari busurnya.” (HR. Abu Dawud)
Sebaik-baik generasi menurut Nabi adalah 3 generasi pertama (Sahabat, Tabi’in (anak Sahabat), dan Tabi’it Tabi’in (cucu Sahabat). Di zaman itu Islam masih murni dan toleran thd perbedaan Furu’ dan Khilafiyyah. Ummat Islam bersatu.
Ada hadits yang menyatakan ummat Islam jaya selama 7 Abad (0-700 H), tenggelam selama 7 Abad (701-1400 H), dan bangkit lagi 7 Abad berikutnya (1401-2100 H). Dan memang hingga tahun 700 H (1300 M) ummat Islam berjaya menguasai Romawi Timur dan Persia. Setelah itu hingga tahun 2000-an ummat Islam dijajah Barat (Yahudi dan Nasrani).
Saat Barat menjajah itulah di akhir zaman ini dibuat aliran-aliran sesat


Baca selengkapnya di: http://media-islam.or.id/2013/08/11/ciri-ciri-pengikut-dajjal/
Baca Selengkapnya →

Minuman Keras dan Narkoba (Arak/Khamar) itu Haram

Minuman Keras dan Narkoba (Arak/Khamar) itu Haram

Saat Nabi ditanya tentang Khamar/Minuman keras oleh para sahabat, Nabi tidak langsung bilang itu haram. Bayangkan, apa yang terjadi jika penduduk Arab yang adat istiadat sebelumnya adalah minum-minuman keras, kemudian bertanya, khamar haram atau halal kemudian Nabi langsung bilang haram. Bisa-bisa mereka langsung murtad.
Namun pengharaman terjadi secara bertahap/berproses.
Allah SWT berfirman tentang khamr pada tahap pertama,
وَمِنْ ثَمَرَاتِ النَّخِيلِ وَالأعْنَابِ تَتَّخِذُونَ مِنْهُ سَكَرًا وَرِزْقًا حَسَنًا
“Dan dari buah korma dan anggur, kamu buat minuman yang memabukkan dan rezki yang baik…” [An Nahl 67]
Ayat di atas belum menyinggung soal dosa. Pada ayat berikutnya, baru soal dosa mulai disinggung meski dijelaskan juga ada manfaatnya:
يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ قُلْ فِيهِمَا إِثْمٌ كَبِيرٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَإِثْمُهُمَا أَكْبَرُ مِنْ نَفْعِهِمَا
Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: “Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfa`at bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfa`atnya… (QS. Al-Baqarah : 219)

Setelah turun ayat ini, para sahabat yang dulunya pemabuk sudah mulai mengurangi kebiasaan minum minuman keras. Namun, masih ada yang suka mabuk. Hingga suatu ketika ada sahabat yang mengimami Shalat, bacaannya keliru karena mabuk. Maka Allah SWT menurunkan firman-Nya :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَقْرَبُوا الصَّلَاةَ وَأَنْتُمْ سُكَارَى حَتَّى تَعْلَمُوا مَا تَقُولُونَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (QS. An-Nisa’ : 43)
Sampai di sini, frekuensi interaksi dengan minuman keras (khamr) berkurang lagi.
Lalu pada tahap terakhir Allah SWT menegaskan :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنْصَابُ وَالْأَزْلَامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. (QS. Al-Maidah: 90)
Saat itu pun, jalan-jalan di kota Madinah basah oleh arak dan berbau arak karena seluruh arak langsung dibuang. Minuman keras itu haram!

Kenapa seluruh ayat yang dimansukh tidak dihapus dari Al Qur’an? Ini karena memang saat kita berdakwah di tempat yang memang adalah orang-orang kafir dan minum minuman keras serta judi adalah budaya mereka, maka dakwah pun harus dilakukan sesuai proses di atas agar bisa berhasil. Harus melihat situasi dan kondisi.
Meski semua ayat tersebut kita sampaikan dalam 1 hari atau 1 jam, sebaiknya sampaikan bertahap kepada orang-orang kafir yang memang budayanya adalah meminum minuman keras.
Jika Nabi Muhammad yang dibimbing Allah saja perlu proses, apalagi kita.
Sebaliknya jika kita sudah paham Khamar itu haram, tidak boleh kita kembali ke ayat yang dimansukh tersebut. Jika kita meminum Khamar meski setetes saja, maka itu dosa.
Rasulullah SAW bersabda tentang haramnya minuman keras (khamr) :
كُلُّ مُسْكِرٍ خَمْرٌ وَكُلُّ مُسْكِرٍ حَرَامٌ وَمَنْ شَرِبَ الْخَمْرَ فِى الدُّنْيَا فَمَاتَ وَهُوَ يُدْمِنُهَا لَمْ يَتُبْ لَمْ يَشْرَبْهَا فِى الآخِرَةِ
Setiap minuman yangmemabukkan adalah khamar dan setiap yang memabukkan adalah haram. Barang siapa minum khamar di dunia lalu ia mati dalam keadaan masih tetap meminumnya
(kecanduan) dan tidak bertobat, maka ia tidak akan dapat meminumnya di akhirat (di surga) (HR. Muslim)
Tiap minuman yang memabukkan adalah haram (baik sedikit maupun banyak). (HR. Ahmad)
”Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” [Al Maa’idah:90]
Minuman keras (khamr) adalah induk kejahatan
الْخَمْرُ أُمُّ الْخَبَائِثِ وَمَنْ شَرِبَهَا لَمْ يَقْبَلِ اللَّهُ مِنْهُ صَلاَةً أَرْبَعِينَ يَوْمًا فَإِنْ مَاتَ وَهِىَ فِى بَطْنِهِ مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً
Khamr itu adalah induk keburukan (ummul khobaits) dan barangsiapa meminumnya maka Allah tidak menerima sholatnya 40 hari. Maka apabila ia mati sedang khamr itu ada di dalam perutnya maka ia mati dalam keadaan bangkai jahiliyah. (HR At-Thabrani, Ad-Daraquthni dan lainnya)
Minuman keras itu berbahaya karena merusak otak dan pikiran kita. Saat mabuk, kita jadi tidak sadar akan apa yang kita ucapkan dan kita lakukan. Sehingga ada yang memaki-maki teman dan keluarganya saat mabuk. Bahkan ada yang berkelahi dan membunuh. Yang berzina dan memperkosa saat mabuk pun tidak terhitung.
Sehingga ada satu cerita saat seorang pemuda yang saleh ditawari apakah mau berzina, membunuh anak kecil, atau minum arak, dia memilih minum arak dengan alasan dosanya lebih kecil. Tapi ternyata setelah minum arak, dia jadi mabuk dan kehilangan kesadaran. Sehinga akhirnya berzina. Kemudian karena takut ketahuan, dia bunuh juga anak kecil tersebut. Akibat minuman keras, semua kejahatan dilakukan!
Satu penelitian di AS menyatakan bahwa 70% dari pembunuhan terjadi karena pelaku dalam keadaan mabuk. Tahun 2010 di AS 10.228 orang tewas akibat kecelakaan oleh pengemudi mabuk. Itu pun setelah mereka menahan 1,4 juta pengemudi mabuk dan membatasi minimal 18 tahun baru boleh beli dan minum alkohol. Beda dengan Indonesia yang bebas. Betapa banyak orang yang mabuk dan menabrak banyak orang hingga tewas karenanya. Contoh di Rusia, seorang pengemudi mabuk menabrak halte dan menewaskan 7 orang. Di Indonesia Pengemudi mobil Daihatsu Xenia, Afriani Susanti (29), menabrak dan menewaskan 9 orang dalam keadaan mabuk.
Belum lagi efek kecanduannya yang sangat hebat sehingga bisa merusak otak, hati, dan sebagainya. Saat seseorang sudah kecanduan minuman keras dan mabuk-mabukan, dia sudah tidak bisa bekerja lagi untuk menafkahi keluarganya. Tidak produktif lagi. Di BBC disebut bahwa tahun 2010 ada 8790 orang yang tewas karena alkohol. 2/3 akibat kerusakan hati. Di AS tahun 2009 disebut 24.263 tewas karena alkohol dan 37.485 tewas karena Narkoba/Obat Bius (National Vital Statistics Reports, Vol. 59, No. 4, March 16, 2011). Jumlah ini melebihi angka pembunuhan yang “cuma” 16.591. Jadi pada dasarnya pembuat dan pengedar minuman keras dan narkoba itu adalah pembunuh.
200 tentara Inggris yang mabuk akhirnya tawuran di Kenya, Begitu pula 2 kelompok pemuda di Surabaya. Siswa SMP 26 di Kebon Pala Jakarta Timur, Pesta minuman keras dulu agar bisa lebih “berani” sehingga bisa tawuran. Boleh jadi penyebab maraknya tawuran di Indonesia akibat minuman keras dan narkoba merajalela. Sehingga mereka tidak memakai akal lagi.
Di negara-negara Barat minum dan mabuk di muka umum bisa dipenjara. Sementara di sini tidak. Sikap FPI yang mensweeping warung-warung penjual minuman keras itu terjadi karena ketidak-pedulian aparat. Bisa jadi saat sweeping FPI terjadi kekerasan. Tapi jika warung minuman keras itu dibiarkan, bisa jadi ada perkelahian antar pemabuk setiap minggu yang bisa berujung kematian. Warga di sekitar bisa saja mati ditusuk oleh para pemabuk. Belum lagi yang dipalak/ditodong agar preman bisa beli minuman keras yang harganya lumayan mahal.
Rasulullah bersabda :
 انّ من العنب خمرا، ومن التّمر خمرا، وانّ من االعسل خمرا، وانّ من الشعير خمرا (رواه ابوداود والترمذى والنساء وابن ماجه)
“Anggur bisa dibuat khamar, kurma bisa dibuat khamar, madu bisa dibuat khamar, dan kacang kedelai pun bisa dibuat khamar” (Hadits riwayat Abu Daud, Turmudzi, An-Nasai dan Ibnu Majjah).
Begitu pula aneka ragam minuman yang memabukkan selain yang telah kami sebutkan, seperti whiskey, champagne, cognac, vodka dan lain sebagianya.
Rasulullah bersabda :
 كلّ مسكر خمر وكلّ خمر حرام (رواه البخارى و مسلم)
“Setiap barang yang memabukkan dinamakan khamar, dan setiap khamar itu haram hukumnya” (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim).
 كلّ شراب أشكر فهو حرام (رواه البخارى و مسلم)
“Setiap minuman yang memabukkan hukumnya haram” (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim).
Islam tidak menentukan kadar – sedikit atau banyaknya – barang yang diminum, dan tidak menentukan sedikit atau banyaknya alkohol yang dikandung di dalam minuman tersebut. Bahkan Islam secara mutlak mengharamkan minuman keras. Hal ini bisa dipahami berdasarkan sabda Rasul
 وما اسكر كثيره فقليله حرام (رواه ابوداود والترمذى والنساء وابن ماجه)
“Dan apa yang diminum dalam jumlah yang memabukkan, maka sedikitnya pun diharamkan” (Hadits riwayat Abu Daud, Turmudzi, dan Ibnu Majjah).
Begitu pula Islam secara tegas menolak pengobatan yang menggunakan khamar. Telah diriwayatkan bahwa Thariq ibnu Suwaid Al-Ju’fy bertanya kepada Nabi tentang khamar. Lalu dijawab oleh Nabi dengan kata-kata larangan. Kemudian Al-Ju’fy bertanya lagi : “Wahai Rasulullah, saya membuat untuk pengobatan, bagaimana pendapat anda?” Rasulullah menjawab : “Khamar itu bukanlah obat, tetapi khamar adalah penyakit (Hadits riwayatMuslim)”.
Saat ini berbagai minuman keras seperti Bir Bintang, Heinneken, dsb dijual secara bebas di pasar Swalayan seperti Alphamart, Indomaret, Carrefour, dan sebagainya. Sementara sebagian besar pramuniaganya adalah Muslim. Padahal itu dosa.
Yang berdosa bukan Cuma orang yang minum minuman keras. Tapi juga yang memeras anggur, yang minta diperas, penjualnya, pembelinya, pengantar minuman, dan sebagainya:
“Rasulullah s.a.w. melaknat tentang arak, sepuluh golongan: (1) yang memerasnya, (2) yang minta diperaskannya, (3) yang meminumnya, (4) yang membawanya, (5) yang minta dihantarinya, (6) yang menuangkannya, (7) yang menjualnya, (8) yang makan harganya, (9) yang membelinya, (10) yang minta dibelikannya.” (Riwayat Tarmizi dan Ibnu Majah).
Di AS dan Inggris yang mayoritas agamanya Kristen dan membolehkan alkohol saja di sana ada batasannya. Minimal umur 18 tahun baru oleh beli dan minum alkohol. Minum di tempat umum bisa ditahan. Begitu pula mengendara mobil sambil mabuk, langsung ditahan dan langsung dicatat sebagai penjahat (Criminal Record). Jadi ironis jika Indonesia yang mayoritasnya Islam malah terlampau bebas.



Baca Selengkapnya →