Mendapat Ayah Baru
Hari itu hari raya Idul Fitri. Semua orang
bergembira. Mereka berpakaian baru dan bagus. Orang-orang tua pergi ke lapangan
untuk solat Id. Anak-anak bermain-main dengan riangnya. Opps, tapi siapakah itu
yang sedang menangis di sudut dinding sebuah rumah di kota Madinah. Terlihat
seorang anak kecil berbaju kumal dan rambutnya kusut sambil meneteskan air
mata. Pada saat itu Rasulullah yang mulia sedang berjalan menuju laoangan dan
melihatnya. Kemudian Rasulullah mendatangi anak kecil itu.
“Mengapa engkau menangis, Anakku?
Bukankah hari ini saatnya engkau bergembira dengan teman-temanmu?” tanya Rasullah.
“Hik-hik, teman-temanku tidak mau bermain denganku. Mereka
mengejekku karena aku tidak memakai baju baru seperti mereka.” kata anak kecil
itu.
“Bagaimana bila aku memberimu baju baru? Apa engkau mau?”
tanya Rasulullah lagi.
“Aku mau, tetapi teman-teman akan tetap mengolok-ngolok,
karena aku tidak mempunyai ayah, ibu, dan saudara seperti teman-temanku,” tanya
Rasulullah.
“Kalau sekarang aku menjadi ayah angkatmu, Fatimah dan Ali
sebagai kakakmu, Aisyah sebagai ibumu apakah engkau mau?” Tanya Rasulullah.
Anak
itu terkejut, ia mengusap-usap matanya yang berlinang air mata, lalu mendekat
kepada Rasulullah.
“Apa engkau mau menjadi anak angkat
Rasulullah?” tanya Nabi Muhammad.
Betapa gembiranya anak itu, setelah
tau yang mengajaknya berbicara adalah Rasulullah.
Oleh Rasulullah anak itu lalu
digendong, dan dibawa pulang kerumahnya. Setibanya di rumah, anak kecil itu
lalu dimandikan oleh Rasulullah dan diberi pakaian baru. Lalu disuruh makan,
setelah kenyang diberinya sedikit uang. Kemudian anak kecil itu diajak pergi
oleh Rasulullah. Namun di tengah jalan anak kecil itu berpisah dengan
Rasulullah. Rasulullah menuju lapangan, anak kecil itu pergi ketempat
teman-temannya bermain.
Teman-temanya terkejut melihat anak
kecil itu memakai baju baru. Salah seorang temannya berkata, “Hai, bukankah
kamu yang tadi menangis d isudut rumah itu”.
“Benar,karena
aku tidak punya pakaian yang pantas untuk berhari raya,” jawabnya.
“Dari
mana kau mendapat baju baru yang engkau
pakai ini?” tanya temannya yang lain.
“Dibelikan
oleh ayahku.”
“Aneh.
Dari mana kamu memperoleh ayah lagi? Bukankah ayahmu telah meninggal” tanya
temannya.
“Memang
ayahku telah lama meninggal. Tetapi sekarang aku telah diangkat anak oleh
Rasulullah. Di rumah beliau tadi, aku dimandikannya, diberinya makan, diberinya
uang dan pakaian baru,” kata anak kecil
itu dengan bangga. Teman-temannya tampak kagum akan kejadian itu. Diantara
mereka berkata, “Oh, alangkah indahnya seandainya ayahku sudah meninggal. Kemudian aku punya ayah angkat
bernama Muhammad Rasulullah.”
(Disadur
dari Mutiara Takwa 1, Penerbit Gama Media, Yogyakarta).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar